Tatkala awan putih berubah kelabu
Rasa di hati mengharu biru
Mencoba tenang tapi tam pak ragu
Seakan ombak yang menderu
Segala rasa berkacemuk di hati
Mencoba mencerna yang tersirat
Dalam pesan yang membuat jantung berdegup
Ditengah gegap dan gagap
Sungguh ukhti, bukan maksud ana untuk menusuk hati
Entah bagaimana ana harus meminta
Semua terasa begitu samar
Semua terasa begitu nanar
Tak kuasa hati ini ukhti
Membereskan yang terserak
Merapikan yang beriak
Menenangkan yang bergejolak
Awan kelabu jakarta kini terasa begitu gelap
Tatkala permintaan maaf ini tak segera ditanggap
Bila permintaan maaf tidaklah cukup
Biarlah rangkaian kata ini menenangkan hati yang sempat terkesiap
Maafkan ana ukhti....
2 comments:
Wah hebat juga ternyata tulisan2nya. Bagus-bagus. Selamat pak Fithra atas peluncuran blog-nya. Btw, "ukhti" disitu siapa ya? :-)
Ukhti itu istri saya pak, itu puisi sebelum saya menikahinya. Puisi ini saya bikin karena waktu itu saya bikin salah, jadi minta maaf lewat puisi
Makasih banyak pak atas komentarnya
Post a Comment