Di Hamparan Nepheli ku jejaki bukit Thesaloni. Menjejak diiringi lebah yang tengah berasyik masyuk memadu untuk sang ratu. Wangi Eucalyptus mewarnai panorama Olimpus yang tengah berselimut Cumulonimbus. Dewi menari membuat silau hati yang terisi, berpaling jauh di ujung ufuk. Dewi menari tapi bukan bidadari, meniti kahyangan sembari sesekali mengintip kehidupan. Ku seruput Kopi dihamparan savanna yang tengah bersemi.
Bermuhibah dengan waktu yang selalu diam ketika ditanggap. Pernah sekali ku ajak bicara sang waktu hanya terkekeh dan meninggalkan ku dalam keadaan bertanya-tanya, apakah semua harus berada dalam equilibria? Sejenak kulafalkan Dubito ergo cogito ergo sum tetapi kemudian Descartes datang membenarkan, hilangkan Dubito ergo pakailah ungkapan cogito ergo sum. Ah, Descartes kau memang benar, memang sebaiknya ku tak pernah ragu.
Jangan kau sesali Kematian Socrates karena menjejali elenchus. Pandangi peninggalan etisnya yang terus melegenda. Apakah salah meyakini paradoks Socrates tatkala dia mengutuk kejahatan dan mengajak untuk menghargai kehidupan? Boleh lah ia berbeda dari Plato tapi jangan kau kutuk ia dalam kehinaan.
Termenung di Thessaloni teringat lambaian hidup. Kehidupan bukan logika formal Reductio ad absurdum. Meski logika terkadang terlalu penting untuk dienyahkan.
Di tengah Pareto Optimum kehidupan dilafalkan. Tapi ingat ia tidak selalu seperti yang diungkap. Mendaki terkadang meniti, di kala meniti perlu kecermatan. Tapi, tentu cermat terkadang mewah ditengah galau. Yah, hidup bukan seminaria yang bisa diperdebatkan. Terkadang perlu untuk berselancar dengan derasnya ombak tetapi ingat bahwaa itu hanya lah soal waktu. Kompromi terkadang diperlukan untuk mencapai the lowest common denominator seperti sering disebut oleh mendiang Cak Nur.
Terkadang kucoba memplot nya dalam cartesius tetapi ternyata mustahil untuk dilakukan karena terlalu banyak dimensi yang harus disertakan. Kuingat kembali raut waktu ketika ia terkekeh, ternyata ia tidak benar-benar meninggalkan, kuingat lamat-lamat di kejauhan ia berbisik: Raihlah kehidupan hari ini. Carpe Diem
Sunday, May 9, 2010
Catatan Kehidupan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment